Jumat, 17 Mei 2013

Sebuah Pesan

Aku terdiam. Merenung dan menyesali. Harus seperti inikah kaumku? Sedemikian terlihat rendah dan murahkah? Haruskah dengan cara demikian kamu memenuhi kebutuhan hidup?
Aku menyandarkan kepalaku di dinding kantorku. Shock yang kurasakan kali ini. Baru saja salah seorang teman atasanku menunjukan foto-foto dalam HPnya. Bukan foto sembarangan. Bukan foto-foto yang layak kulihat dan diperlihatkannya. Seharusnya, dia menjaga foto-foto itu. Tapi nyatanya, dengan mudahnya diperlihatkannya kepadaku. Padahal, aku bukan siapa-siapa. Bukan teman ataupun kerabatnya. Aku hanyalah orang asing, seharusnya begitu.
Tahukan kamu, foto apa yang aku lihat tadi. Foto-foto mesranya dengan sang pacar yang ditunjukkannya padaku. Bukan hanya mesra tapi setengah telanjang. Background foto-foto itu sama semua, kamar hotel, Beberapa foto menunjukan dia dan sang pacar, dimana dia terlihat setengah dada tanpa pakaian, sedangkan si wanita hanya menutupi diri dengan selimut hotel saja. Ada beberapa fotonya yang memperlihatkan foto si wanita yang setengah telanjang. Bagian dadanya dibiarkannya tanpa sehelai benangpun. Lalu teman atasanku itu menunjukan lagi foto-foto yang lain. Kali ini lebih ekstrim. Foto-foto  kemaluan wanita yang terpampang disana. “Ini pacar saya yang di makasar,” katanya sembari menunjukan foto mengerikan tadi. Aku bergidik. “Yang foto bareng sama Mr tadi bukan pacar yang di Makasar ya?” tanyaku. “Bukan. Yang ini pacar saya yang di Cakung.” Oh…shit!!!
“Saya shock Mr. Cewek-cewek bego bego banget ya,” ujarku pedih. Dia tertawa, “Bego-bego ya?”
Bolehkah aku menangis saat ini, membayangkan dan memikirkan hal mengerikan yang aku tahu saat ini.
Aku menyadari sesuatu, tapi aku tidak bisa berbuat apa-apa.Aku tidak bisa memberitahukan para wanita tadi karena aku tidak mengenal mereka.Kalaupun aku tahu dan memberitahukannya, apakah mereka percaya kepadaku?
Kenyataannya aku tahu semua. Dengan mata kepalaku sendiri aku melihat bagaimana wanita diperlakukan sedemikian rendah. Tapi, sekali lagi…aku tidak bisa berbuat apa-apa.
Seandainya wanita-wanita itu tahu bahwa pacar mereka yang katanya seorang CEO PT eksport import Indonesia itu hanyalah seorang pengangguran. Seandainya mereka juga tahu bahwa di Indonesia ini pacarnya adalah seorang imigran gelap dari Korea. Seandainya mereka tahu bahwa pacarnya itu untuk hidup sehari-hari saja mendapatkan bantuan dari kanan kiri. Seandainya mereka tahu bahwa pacarnya ini memiliki istri dimana-mana. Dan seandainya mereka tahu bahwa pacarnya ini jauh sebelum bertemu mereka pernah tinggal serumah dengan wanita Indonesia tanpa ikatan perkawinan bertahun-tahun lamanya. Seandainya mereka semua tahu itu, apakah mereka bersedia merelakan keperawanannya hilang begitu saja?
Aku menunduk pilu. Apakah semua ini karena uang? Uang yang mereka pikir ada di depan mata mereka ternyata hanyalah sebuah khayalan semata.
Aku kembali teringat foto-foto itu. Ingin rasanya aku marah. Mengapa sedemikian rendah dan hinanya kaumku. Kenapa sedemikian mudahnya mereka percaya laki-laki yang hanya dikenal dari Facebook saja. Kenapa??? Apakah mereka tidak bisa berpikir seandainya saja foto-foto itu tersebar luas? Apa jadinya mereka, keluarga mereka, teman-teman mereka??? Bagaimana masa depan mereka????
Aku marah mengingat bagaimana teman atasanku itu memperlihatkan foto-foto itu. Dengan mudahnya, tanpa malu, tanpa perasaan berdosa. Miris. Sedih. Hancur rasanya hatiku karena aku merasa harga diriku sebagai perempuan juga ikut direndahkan.
Sebuah renungan, sebuah pengalaman, sebuah pembelajaran bagi semua wanita diluar sana. Jadilah hebat dan jadilah kuat. Jadilah mahal dan jadilah pintar untuk menjaga harga diri kita sendiri.






Tidak ada komentar: